Pages

Sabtu, 20 Oktober 2012

Cerpenku

 CINTA PERTAMA RADIT
Radit adalah sebuah makna yang tertulis indah dalam setiap perjalanan hidupku. Manis dan harum kasihnya.
Suatu kisah mengingatkan kami pada lukisan- lukisan masa lalu kami. Sore itu, saat perbincangan panjang terjadi.
"Dit, first love kamu siapa sih? kalau boleh tau" tanyaku.
"Emang penting ya?", jawab Radit menggoda.
"Ayolah Dit...", bujukku penasaran.
"Luna... namanya Luna...", jawab Radit.
"Mantan kamu yang nomor serinya berapa ya Dit itu? kok gak pernah denger akunya?", tanyaku menggoda.
"Emang kamunya belum aku ceritain lemot...!", seru Radit.
Dari cerita Radit,
ternyata Luna adalah kenangan Radit yang begitu dalam menggores hatinya. Dahulu, Radit menyayangi Luna dengan sepenuh hatinya dan melebihi hidupnya. Kata Radit sih, " I love her more than my life ". Entah sedalam apakah itu. Aku tak tau. Tanpa ia ketahui ternyata Luna mengidap kanker darah stadium 3 selama berpacaran dengannya. Hingga suatu saat Radit harus pindah rumah. Dan 3 bulan lamanya Radit tak pernah mengunjungi Luna. Bahkan tak ada komunikasi sama sekali.
Suatu saat, hati Radit sangat terusik. Sangat gelisah. Bahkan Radit tak mengerti mengapa ia begitu gelisah. Radit pun iseng- iseng mengunjungi kediaman Luna. Disana ia disambut Ayah Luna.
"Om Luna ada", tanya Radit.
"Luna masih di Jakarta nak Radit. Kemarin lusa baru saja berangkat", jelas Ayah Luna.
Sekian lama perbincangan Radit dan Ayah Luna, ada seorang wanita mengenakan pakaian hitam datang.
"Pak, saya turut berduka cita", kata wanita itu.
Hati Radit bertanya-tanya akan siapa yang meninggal. Namun Radit tak ingin memenggal pembicaraan diantara mereka. Tak berselang lama, wanita itu berpamitan.
"Maaf Om, siapa yang meninggal?", tanya Radit.
"Em...", Ayah Luna tampak bingung menjelaskan.
"Begini nak Radit, sebenarnya Luna sekarang tidak berada di Jakarta. Luna mengidap kanker darah stadium akhir", jelas Ayah Luna.
Radit terdiam dan semakin penasaran.
"Terus keadaan Luna sekarang Om?", tanya Radit.
Ayah Luna terlihat tak tega ingin mengurai kebenaran yang terbersit.
"Luna tlah tiada nak... Maaf bapak tidak memberi kabar nak Radit", sesal Ayah Luna.
Membeku dalam tangis. Berbaur haru dalam pilu. Dan mencoba menopang hati dalam langkah tak pasti.
"Sejak kapan Om Luna pergi?", tanya Radit berurai tangis.
"3 hari yang lalu Luna meninggalkan kita semua", jawab Ayah Luna.
Ayah Luna membeberkan bagaimana bahgianya Luna dalam segala tangis dan kesakitannya. Luna bahagia karena dikasihi Radit, namun ia sedih bila Radit tau bagaimana Luna tersenyum dalam kesakitannya. Karena semua itu pula Ayah Luna merahasiakan semua dari Radit. Sebelum kepergiannya, Luna meninggalkan suatu pesan agar Ayahnya memberikan sebuah kotak yang entah apa isinya kepada Radit saat Radit tlah mengetahuinya.
"Nak, ini ada titipan dari Luna", kata Ayah Luna.
"Apa ini Om?", tanya Radit penasaran.
"Entah apa isinya nak... Luna meninggalkan ini untuk kamu", jawab Ayah Luna.
Dan Raditpun segera pulang. Di rumah, ia hanya berdiam diri di kamarnya, memandang kotak pemberian Luna. Entah berapa lama Radit memandangi kotak itu. Bosan hanya memandang kotak itu, Radit mulai membukanya. Didalamnya terdapat foto-foto Radit dan Luna. Dengan wewangian khas Luna. Ada secarik kertas didalamnya.
"Radit... mungkin saat kamu membaca surat ini Luna tlah tiada. Luna minta maaf jikalau selama ini Luna mendustai Radit. Namun, jika Radit tau akan semua ini, Luna pasti sedih. Luna tak ingin melihat Radit sedih. Luna hanya ingin melihat Radit bahagia. Luna tau, Radit kecewa dengan Luna dengan semua ini. Tapi, ini lebih baik untuk kita. Setetes harap dan doa nan syahdu ini selalu menyertai Radit dari Luna. Senandung rindu terakhir Luna untuk Radit. Senyum Radit indah... Menyejukkan hati Luna. Meski Luna tak lagi hidup bersama Radit, namun Radit slalu hidup untuk Luna selamanya".

"Itulah sepenggal kisah yang begitu menggores dan mengenang dalam setiap langkahku", kata Radit.
"Trus foto-foto Luna sekarang Dit?",tanyaku mengusik.
"Sejak 1 tahun kepergian Luna, foto-foto itu aku bakar. Semua tentang Luna, senyumnya, tawanya dan segala tentangnya kuhapus perlahan dari kehidupanku. Meski dia pertama bagiku", papar Radit.

Rupanya Radit tak ingin berlarut dalam keruh harapnya. Tak ingin berlama-lama menduka akan makna yang terucap dari segala kisah bersama Luna. Awalnya ia tak mampu. Namun ia mencobanya kembali dan berulang-ulang kali. Radit bangkit. Bangkit dengan segala manis, pahit, kelam, hitam masa lalunya.
"Namun, kini Luna hanya masa laluku. Yang membisu dan membeku, dingin dan tak kan berucap. Hanya masa lalu. Dan kini, aku disini bersama kamu. Berbagi suka, duka, canda, tawa, sakit, bahagia, kasih, cinta dan hidup. Yakin ku akan hadirmu tak menyakitiku. Harapku akan dirimu membahagiyakanku. Berhembus doa dalam setiap nafas ini inginkan kamu selamanya", ucap Radit padaku.

Aku tersenyum simpul dengan mentari yang berpagut indah bersama pelangi.
                                                                                                                            Detta Wimma RA

0 komentar:

Posting Komentar